Dalam ranjau liku likuan menempuh arus hidup yang semakin hari membilang usia , syukur ke hadratnya 19 tahun aku harungi kini tibalah saat terakhir umur belasanku sebagai remaja belasan tahun .
19 tahun , ibu dan abah membesarkan aku bagai menatang minyak yang penuh . 9 bulan seorang ibu mengandungkan aku tanpa berkira perit dan jerihnya menjerit untuk mengeluarkan seorang bayi daripada vagina yang sempit tapi itulah hebatnya wanita yang mampu melahirkan seorang bayi . Sperma dan ovum yang disenyawakan , menjadi zigot kemudian berkembang menjadi embryo lalu menjadi foetus kemudian ditiuplah rohnya hingga tiba masa air ketuban pun pecah , maka lahirlah seorang manusia di dunia . Abah walau di hatinya tersimpan 1001 ketegasan , namun sebenarnya 10,000 sayang bahkan sedalam lautan dalamnya dalam mendidik aku .
Aku manusia yang tak sedar diuntung , kadang aku hanya melepaskan enau dalam belukar melepaskan pucuk sendiri aku lupa pada kedua ibu bapa yang banyak berkorban . Darah muda dalam usia yang setahun jagung bergelojak memberontak , mana mungkin bisa aku hindari apetah imanku hanya senipis kulit bawang . Dalam tak sedar , tindak tanduk sendiri melukakan hati ibu dan abah hingga mereka bagai dihiris sembilu . Tiap manusia itu punya perasaan , setelah dia semai benih yang subur ke tanah , membaja , menjaganya sehari-hari sehingga menjadi pokok yang besar rimbunannya menjadi kanopi hutan tapi pokok itu tiba-tiba gugur daunnya ibaratnya anak yang dibesarkan sepenuh hati tapi menderhaka siapa yang tak sedih buat perasaan seorang abah dan ibu ??
Termenung aku sendirian , lantaran senja mengingatkan kejadian yang membuatkan cukup beremosi tindakanku yang DEGIL hingga membuat abah jadi cacing kepanasan tapi bila disedari aku jadi begitu rasa bersalah buatnya . Air mata menitik demi setitik aku rasa bersalah teringatkannya, dengan rajuknya dia rela membuat sendiri kerja berat walau puasku pelawanya namun rajuknya marahnya menyuruhku pergi , sedangkan anak kecil ada rasa merajuk inikan seorang bapa yang pastinya walau tegas tetap ada manjanya itu terselit dalam sanubari seorang lelaki .
Dalam hati aku simpan doa , ku titipkan biar tuhan membuka pintu hatinya untuk memaafkan aku , memanjangkan umurnya kerna aku tau selama mana aku di sini tiadalah aku menjadi seorang anak yang soleh mengukir senyum di bibirnya apakah mungkin aku hanya menghabiskan beras , aku tahu khilafnya aku , tak bersyukurkah aku ada seorang bapa ??
Dikala malam pun kian larut , usai bersujud mataku mengalir tika menadah tangan berdoa betapa aku sedari AKU YANG BERDOSA , sungguh aku anak yang derhaka , inginku jadi anak soleh , tapi bagaimana , wahai tuhan kau tunjuklah acuan untuk aku berilah taufikmu hidayahmu untuk aku jadi anak yang soleh . sungguh sungguh dosa aku ibarat lautan tiada tepinya , lumpur dosa yang penuh lumut , bukan sahaja DOSA DENGAN TUHAN , tapi DOSA DENGAN MANUSIA , syurga itu memang jauh tapi tak pula sanggup aku ke nerakamu . Aku sayang kedua ibu bapaku merekalah penyeri taman rashidah , di syurga jantung hati yang subur mewangi , tapi adakah aku anak yang baik sedari aku seorang penderhaka , dan AKU YANG BERDOSA begitu banyak pada mereka :'(
No comments:
Post a Comment